..::: Selamat Datang :::..

Di Blog Eki yang Sederhana

Kamis, 28 Mei 2009

Sholat adalah Penghargaan dari Langit

Bila kita memperhatikan ibadah-ibadah selain sholat: utamanya dari segi waktu dan tempat diwajibkan, maka kita akan mengetahui bahwa ibadah-ibadah lain selain sholat diwajibkan di atas bumi dan melalui perantaraan malaikat Jibril. Tetapi sholat telah diwajibkan pada malam yang diberkati, dalam perjalanan Rasulullah menuju langit yang tinggi pada malam Isra'-Mi'raj.

Sholat diwajibkan di langit bukan di bumi. Perintah sholat diperoleh Nabi dari Allah secara langsung tidak melalui perantaraan malaikat Jibril sebagaimana ibadah-ibadah lain. Oleh karena itu, kita bisa merasakan bagaimana tinggi ibadah sholat ini.

Sudah sepantasnya apabila sholat memiliki manfaat yang besar bagi manusia. Bila sholat baik, maka baik pula urusan agamanya. Agama tidak akan baik bila berasal dari jiwa yang sesat. Tapi agama akan lebih baik bila berasal dari jiwa yang baik, jiwa yang terbebas dari pembudakan dunia, dan jiwa yang mendapatkan ketenangan dari sholat.

Sholat adalah dokter jiwa yang cerdas dan pandai. Ia ringan tangan dan memiliki kemampuan yang berkualitas dalam menyembuhkan kedukaan dan penyakit jiwa. Terdapat hal lain yang berkenaan dengan pendahuluan sholat yaitu bersuci dan berwudhu' yang bukan sekedar bertujuan membersihkan anggota tubuh saja. Tetapi bertujuan membersihkan lahiriah dari hadats-hadats. Sholat dapat membersihkan dari akhlaq-akhlaq tercela.

Atau dengan kata lain, sholat membersihkan anggota tubuh dari dosa-dosa dan membersihkan hati dari selain Allah. Sholat memperkuat amalan-amalan lahir dan menyempurnakan amalan batin yang terdapat dalam kekhusyu'-an, kemantapan hati menjauhkan banyak pikiran dari hati pada waktu sholat. Oleh karena itu, sholat merupakan faktor ibadah yang melenggangkan hubungan antara hati manusia dengan Allah. Ibadah tersebut tidaklah sah kecuali bila bukan dalam keadaan bersih lahir dan batin.

Facebookers: Fatwa Haram Facebook Tidak Berdasar

Keinginan para ulama di Jawa Timur yang ingin memfatwakan Facebook, mendapat tentangan keras dari para Facebokers (sebutan bagi pengguna Facebook). Menurut mereka para ulama itu, harus memberikan dalil yang tepat sebelum mengeluarkan keputusan tersebut.
“Fatwa ini sungguh tidak realistis. Ulama itu harus menunjukkan dalil yang tepat karena Facebook juga memberikan dampak yang positif, kok,” sungut Chandra Wirawan salah satu aktivis Facebook, saat berbincang dengan okezone, Jumat (22/5/2009).
Ditambahkan juga, situs jejaring sosial seperti Facebook itu justru mempunyai peraturan yang sangat ketat. Salah satu contohnya, jika pengguna Facebook menampilkan foto dari dada ke atas, maka pengelola akan segera menutupnya. Jadi bisa dibilang, Facebook sudah mempunyai filter sendiri.
Selain itu, menurut pria berusia 28 tahun tersebut, kalau ulama itu mau menghadang jejaring sosial, sebaiknya jangan hanya Facebook saja. Masih banyak situs jejaring sosial lain seperti, Friendster, ataupun Myspace. Dan bila memang seperti itu, sama saja ulama melarang penggunaan internet masuk ke Indonesia.
“Kegiatan di dunia maya memang membutuhkan interaksi antara laki-laki dan perempuan. Dan itu tergantung dari masing-masing pribadi dalam mengontrolnya. Malah bisa dibilang, yang mengawasi kegiatan dunia maya itu, hanya dirinya dan malaikat,” tegasnya.
Beberapa pengguna yang intens mengelola Facebook pun memiliki pendapat mereka masing-masing, namun pada intinya semua memberikan satu suara yang bulat, yaitu menyayangkan apabila Facebook jadi difatwakan haram.
“Gak setuju kalau main Facebook sampai dibilang haram. Masalahnya selama ini yang saya lihat lebih banyak kebaikannya dibanding keburukannya,” ujar Cempaka ketika ditanya pendapatnya oleh Okezone, Jumat (22/5/2009). Mahasiswi berusia 21 tahun ini pun menambahkan, Facebook sangat membantunya dalam keep in touch dan menemukan kembali teman-teman lama.
Hal senada pun diungkapkan pengguna Facebook lainnya, Adinda, 23 tahun, seorang jurnalis salah satu media online mengatakan keberatannya soal fatwa haram Facebook.
“Sangat tidak penting memberlakukan fatwa haram untuk Facebook, gak relevan aja. Lagipula saya belum pernah menemukan fakta dan data yang mengungkapkan dampak Facebook disalahgunakan untuk kegiatan seks terselubung. Dampak buruk yang sering saya dengar selama ini, paling hanya membuat pengaksesnya lupa diri dan saya rasa itu masih wajar. Bergantung sama pribadi masing-masing deh,” ujarnya.
Adinda pun menambahkan, jika iya Facebook akan difatwakan haram, seharusnya hal ini pun berlaku bagi situs jejaring sosial lainnya.
“Memang saat ini fenomena Facebook tengah booming, tapi jika para pengakses dilarang mengakses Facebook, bagaimana dengan situs jejaring sosial lainnya?. Kalau mau diharamkan kenapa pilih-pilih?. Jika seandainya Facebook ditutup, mereka masih bisa beralih ke situs jejaring sosial lainnya,” katanya.
Cempaka yang pun mengatakan bahwa jika benar Facebook akan difatwakan haram, kemungkinan dia akan beralih menggunakan situs jejaring sosial lainnya.
“Kalau memang benar diharamkan, saya masih punya beberapa akun di situs jejaring sosial lain seperti MySpace dan yang lainnya,”
Sementara itu, Apriarto yang 27 tahun, mengatakan fenomena ini merupakan sebgaian kecil fenomena booming internet di seluruh dunia.
Sebelumnya, di berbagai belahan negara lain juga sudah banyak keberatan para pemuka agama atas dampak negatif berbagai situs jejaring sosial.
“Kebetulan memang Facebook yang tengah marak saat ini. Tapi jika baru sekarang MUI memberikan perhatian atas dampak buruk booming internet, hari gini koq baru memberikan komentar?” katanya.

Sumber : okezone.com

Rabu, 27 Mei 2009

Objek Wisata Sabang

Aceh merupakan salah satu daerah di Nusantara yang memiliki aset pariwisata yang cukup kaya. Aset pariwisata itu mencakup pariwisata budaya, sejarah, alam, dan sebagainya. Sebagian aset tersebut telah dikembangkan dan menjadi tujuan wisatawan. Namun beberapa di antara objek-objek wisata tersebut ada yang mengalami kehancuran akibat diterjang tsunami.

A. Sabang

Sabang terletak di Pulau Weh, berjarak 18 mil dari daratan Aceh. Pulau Weh merupakan pulau paling barat dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebelum Belanda mendarat di Pulau Weh ini, daerah ini hanya merupakan sebuah desa nelayan dengan pelabuhan dan kondisi alam yang baik. Pada tahun 1970 Sabang ditetapkan sebagai pelabuhan bebas dengan segala prasarana dan sarana yang cukup baik. Namun pada tahun 1986 status pelabuhan bebas dicabut kembali. Namun pada tahun 1996, Sabang ditetapkan kembali sebagai pelabuhan bebas.

1. Monumen Nol Kilometer

Monumen nol kilometer merupakan monumen penanda jarak wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang menjadi manifestasi bahwa Nusantara terbentuk dari Sabang (Nanggroe Aceh Darussalam) hingga Merauke (Irian Jaya). Monumen berada di Desa Ujung Bak U yang terletak di sebuah bukit yang cukup tinggi. Dari sini kita dapat memandang ke arah Selat Malaka dan keindahan matahari terbit dan terbenam. Di sekitar daerah tugu nol kilometer terdapat pula hutan tropis yang begitu rimbun dan pemandian air panas. Pengunjung dapat beristirahat sambil menikmati pemandian air panas dan suasana di sekitar tugu.

2. Gapang dan Iboih

Di Pulau Weh (Sabang) terkenal dengan keindahan pemandangan bawah lautnya. Pemandangan keindahan bawah laut ini dapat dijumpai di Gapang dan Iboih. Di sana kita dapat melihat jelas terumbu karang dan ikan yang berwarna-warni yang tidak dijumpai di tempat lain, baik di Nusantara maupun dunia. Selain itu, kita juga dapat menikmati keindahan pantai pasir putih. Selain di Gapang dan Iboih, kita dapat juga melihat beberapa tempat lain yang indah seperti Lhung Angen, Ano Itam, pantai Tapak Gajang, Paradise, dan beberapa pantai lainnya. Taman laut Rubiah meliputi daerah seluas 2.600 Ha terletak 23 km dari kota Sabang. Taman ini berada di teluk Sabang, terkenal dengan terumbu karang dan ikan yang berada di dalamnya. Keindahan ini tidak ada duanya di dunia.

Ketika tsunami melanda beberapa bagian dari objek wisata pantai di Sabang mengalami kehancuran, seperti yang dialami di pelabuhan Balohan, pantai Kasih, dan sebagainya. Namun untuk objek wisata Gapang dan Iboih tidak mengalami kerusakan yang cukup parah.

3. Peninggalan-peninggalan Bangunan Kolonial

Di Sabang terletak banyak peninggalan bangunan-bangunan tua kolonia Belanda dan Jepang, khususnya di bagian daerah Kota Atas. Bangunan ini masih ada yang ditempati sebagai tempat tinggal atau kantor/hotel. Di bagian bawah (daerah Kota Bawah) terdapat pula berbagai bangunan tua peninggalan kolonial Belanda atau Jepang, seperti kantor pelabuhan, gudang, dan gedung bioskop tua (sekarang dijadikan Gedung Kesenian Sabang)

4. Goa/Benteng Pertahanan Jepang

Perang Dunia kedua tidak hanya perang antar sekutu Indonesia juga terkena imbasnya. Dengan slogan 3 A yang cukup terkenal, Jepang dapat membebaskan Indonesia dari cengkraman penjajah Belanda. Demikian pula Belanda yang ada di Aceh dapat diusirnya. Saat awal pendaratan Jepang di Aceh, rakyat sangat antusias menyambutnya.

Sabang merupakan salah satu daerah yang dipandang cukup strategis bagi Jepang. Hal ini terkait dengan jalur lalu lintas kapal internasional yang melalui Selat Malaka. Oleh karena itu, Jepang kemudian membangun benteng/goa pertahanan. Beberapa tempat yang dijadikan benteng oleh Jepang tersebut sampai saat ini masih dapat dilihat.