..::: Selamat Datang :::..

Di Blog Eki yang Sederhana

Selasa, 29 September 2009

Biografi Muhammad Menginstall Qolbu

SUARA QOLBU. Sudah hampir sebulan usai Ramadhan, namun sampai sekarang, saya masih terhanyut dengan nuansa bulan suci. Kangen rasanya mendengar shalawat-shalawat diperdengungkan di selang2 sholat tarawih. Kangen juga mendengar tadarus Al-Qur’an bersama di malam dan sore hari. Sekarang suasana demikian sukar ditemui.
Untuk menggantikannya, saya sering memperdengarkan shalawat maulud habsyi. Yang malah menambah rindu saya dengan Alm. Guru Sekumpul KH. Muhammad Zaini Abd. Gani. Ulama kharismatik dari Martapura yang bersuara laksana emas saat melantunkan shalawat. Meninggalnya beliau 30 agustus 2007 lalu, merupakan kehilangan besar bagi kota “serambi mekkah” Martapura serta Kalsel.
Ke”kangen”an itu juga membuat saya kembali larut dengan buku-buku religi yang sedikit terlupakan. Buku Sejarah Hidup Muhammad karya M.H. Haekal diantaranya. Buku dengan tebal 726 halaman itu sudah lama saya beli. Namun baru saya “lahap” 50-100 halaman pertama. Maklum, saya punya kebiasaan buruk. Suka membeli buku tapi hanya punya waktu “ngemil” untuk membacanya. Jadinya banyak buku menumpuk. Kebanyakan hanya sebgai referensi. He..he
Asyiknya membuka biografi Muhammad karya Haekal, tidak hanya melihat dari sudut pandang bangsa atau suku Arab. Haekal juga melibatkan nama-nama seperti Sir William Muir atau Henri Bergson untuk ikut memberi warna. Bukti kenabian Muhammad benar-benar dipaparkan secara men”dunia”.
Disamping itu, biografi ini juga mendetail. Banyak memberikan informasi yang selama ini “miss” dari perhatian saya. Seperti kisah perang Fijar yang pernah dijalani rasul. Yang saya tahu selama ini, nabi Muhammad hanya pernah terlibat perang Badar, Uhud, atau Khandaq yang juga dikenal sebagai perang parit. Menginstal hati agar lebih “kaya” pengetahuan. Sekaligus bernostalgia. Mungkin itulah ungkapan saya membaca biografi ini.
Namun berasa sedikit ironis, saat saya terkenang pengalaman, figur nabi Muhammad yang mulia itu justru perlahan memudar di keluarga saya. Beberapa keponakan, keluarga besar, yang saya temui waktu lebaran sempat saya tanya “tahu tanggal lahir dan wafatnya rasul dek?”. Mereka menjawab tidak tahu. Padahal, mereka sudah bersekolah kelas 1 dan 2 SMP. Bahkan ada yang kelas satu SMA.
Saya jadi tersentuh. Dahulu sewaktu kelas 3 SD, saya sudah di”kisahi” sejarah rasul. Dari nabi Muhammad lahir, perjuangan beliau menyebarkan islam, bergabungnya Khulafaur Rasyidin, Hijrah, Mi’raj, hingga wafatnya. Semuanya begitu lekat dalam kepala. Rasul benar-benar menjadi tokoh yang berkesan bagi saya.
Hati saya berucap, jangan sampai para keponakan terlambat mempelajari sejarah nabi mereka sendiri. Dimana saat saya tanya lagi, para keponakan lebih banyak tahu tentang Einstein, Newton, dan JK. Rowling. Kenapa mereka tidak tertarik dengan sejarah kenabian, alasannya begitu simpel. Karena tokoh2 religius itu dianggap terlalu klasik di era iptek seperti sekarang.
Walhasil, saya pun menjelaskan sedikit demi sedikit. Kalau kisah rasul itu mengasyikkan dan menyejukkan qolbu. Sama sekali tidak ketinggalan zaman. Saya pun bercerita tentang mi’rajnya rasul. Berkisah tentang akhlak dan perjuangan beliau. Juga tentang sahabat-sahabat rasul yang kemudian melanjutkan perjuangannya.
Alhamdulillah, waktu itu pandangan mereka jadi berubah. Mereka jadi sangat tertarik. Bahkan, sampai ingin mencari tahu lebih banyak di internet. Saya pun terharu melihat semangat mereka. Tidak menyangka kalau mereka akan sebegitu antusias.
Hal itu pula membuat saya senang. Karena bisa menginstal hati bersama keluarga. Senangnya bisa berbagi. Senangnya bisa berbuat sesuatu. Saya bersyukur untuk tidak menyalahkan. Menyalahkan keluarga, keadaan, hingga sekolah. Karena tidak bisa berperan maksimal memberikan pengetahuan agama. Saya kira pula, saatnya telah tiba, dimana menyalahkan keadaan merupakan kegiatan klasik yang harus segera ditinggalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jangan lupa ngomen yaa.. trim's :)