BANDA ACEH, KOMPAS.com — Museum Tsunami Aceh di Kota Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sejak diresmikan pada 23 Februari oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sampai sekarang belum difungsikan karena ruangan-ruangan museum masih kosong melompong.

Pengamatan Kompas, bangunan megah dengan tampak luar seperti kapal besar di kawasan pusat kota itu hanya digunakan oleh warga untuk tempat istirahat. Kolam di bagian bawah tak ada ikan-ikan sehingga berpotensi menjadi sarang nyamuk DBD.

Direktur Museum Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Intan Mardiana sangat menyayangkan kondisi museum yang kosong melompong itu. Apakah karena belum ada kesepakatan siapa yang mengelola, apa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata atau Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Aceh.

“Mestinya semua pihak duduk bersama bagaimana mengelola Museum Tsunami Aceh ini secara profesional. Sangat disayangkan, museum yang satu-satunya di Indonesia dan mungkin bisa menjadi museum tsunami dunia ini dibiarkan kosong. Mestinya ditata saja dulu sesuai materi yang ada dari peristiwa tsunami Aceh, 26 Desember 2004,” kata Intan, Kamis (25/6) di Banda Aceh.

Gubernur NAD Irwandi Yusuf kepada wartawan rombongan press tour dari Jakarta mengatakan bahwa pengelolaan Museum Tsunami Aceh akan diserahkan kepada pihak swasta. “Biar swasta saja yang mengelola secara profesional. Bagaimana deal-nya dengan pemerintah,” katanya.

Menanggapi hal itu, Direktur Museum Intan Mardiana mengatakan, pihak swasta sudah pasti memikirkan untung. Namun, bagaimana misalnya kalau dalam pengelolaannya merugi? Setahun-dua tahun operasional, bisa-bisa ditinggalkan atau ditelantarkan.

Menurut Intan, sebelum ini terjadi, semua pihak diajak berembuk, bagaimana mengisi museum dan mengelolanya secara profesional. Dari fasilitas yang ada sudah sesuai standar. Karena masih kosong melompong, Intan hanya bisa melihat Museum Tsunami Aceh dari luar saja. Ruang-ruang kosong masih terkunci.

Pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh tak bisa berbuat apa-apa karena yang membangun museum adalah Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral.

Source : Kompas.com